Selasa, 10 Januari 2012

Seseorang di Balik Irigomi.com

Irigomi, adalah sebuah blog yang kaya informasi khususnya terkait SLiMS dan perpustakaan. Tak dinyana, ternyata penulisnya memiliki kisah inspiratif yang layak ditiru:

selengkapnya:

sumber: http://irigomi.com/seseorang-di-balik-irigomi.html

Siapa yang menyangka perjalanan hidup saya akan singgah di sini? Di sebuah perpustakaan SD sebagai petugas pengelola perpustakaan. Latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan apa yang saya kerjakan saat ini. Ya, saya hanya seorang lulusan SMK Pertanian dan Kehutanan jurusan Perkebunan yang biasa memegang cangkul dan parang.

Tahun 1998 saya mulai masuk ke beberapa SD di sekitar Imogiri sebagai pembina Pramuka. Hingga Juli tahun 2000, saya masuk di SD Tunggalan III desa Sriharjo, Imogiri, sebagai seorang honorer pesuruh SD (baca: tukang kebun). Tugas saya saat itu antara lain membuka pintu sekolah di pagi hari, membuatkan minum bagi Kepala Sekolah dan Guru, menyapu dan bersih-bersih lingkungan SD serta tugas-tugas lain yang biasa dikerjakan oleh seorang pesuruh.

Pada tahun 2003/2004 pemerintah menjalankan program regrouping beberapa SD. Salah satu sekolah yang diregrouping adalah SD Tunggalan III. SD Tunggalan III digabung dengan SD Tunggalan I yang masih berada dalam satu kelurahan Sriharjo menjadi SD Tunggalan (cikal bakal SD Sriharjo). Saat itulah perjalanan ini dimulai. Dikarenakan dari SD Tunggalan I sudah ada pesuruh yang berstatus PNS, maka oleh Kepala Sekolah yang baru Bp. Ponikir Widiarno, A.Ma.Pd., tugas saya diubah. Saya yang sebelumnya adalah pesuruh SD, setelah regrouping tersebut ditugaskan sebagai pengelola perpustakaan SD Tunggalan.

Hanya berbekal niat dan ikhlas (tanpa bekal ilmu), saya jalankan tugas tersebut sebisa saya. Benar-benar dari nol. Dari sekedar membersihkan ruangan, merapikan buku-buku di almari yang jumlahnya tidak sampai 1000 eksemplar, serta melayani anak-anak yang ingin membaca di tempat (belum dipinjamkan/bawa pulang). {Menurut kata orang pinter, keadaan saat itu adalah perpustakaan yang hanya sekedar ada, sebagai gudang penyimpanan tumpukan buku. Ya, hanya buku-buku tertumpuk. Tidak ada inventarisasi atau apapun. Hanya sekedar stempel sekolah saja yang ada pada buku-buku tersebut.}

Hal tersebut berjalan sampai Mei 2006. Gempa Bumi Bantul, 27 Mei 2006 menghancurkan semua. Tanpa tersisa sedikit pun jua. Hanya puing-puing bangunan yang menandakan bahwa kemarin/dulu di situ ada bangunan sekolah SD Tunggalan.

Pelan-pelan kami kumpulkan barang yang tersisa. Buku-buku banyak yang hilang dan rusak oleh air hujan. Berminggu-minggu kami keluarga besar SD Tunggalan berbenah mengumpulkan puing-puing yang terserak.

Juni – Agustus 2006, bantuan kemanusiaan untuk korban gempa bumi terus berdatangan. Sekolah-sekolah darurat dibangun untuk melanjutkan kegiatan pendidikan yang beberapa saat terhenti. Tanpa diduga sebelumnya, SD Tunggalan tempat saya mengabdi mendapat bantuan dari sebuah yayasan yang berkantor di Bali. Yayasan MUM (Manusia Untuk Masyarakat) – Bali, yang donaturnya dari orang-orang luar negeri yang peduli kepada Indonesia.

Yayasan MUM-Bali memberi bantuan gedung sekolah beserta segala isinya untuk SD Tunggalan. Bantuan tersebut antara lain 6 ruang kelas, 1 ruang komputer, 1 ruang perpustakaan, dan 1 ruang laboratorium. Sangat lengkap dan mewah untuk ukuran SD di wilayah Imogiri. Dalam benak saya timbul pikiran, “Dengan fasilitas yang lengkap dan mewah ini, sungguh sayang jika tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh kami, warga SD Tunggalan.”

Pada Agustus 2006 tersebut, oleh Kepala Sekolah, saya diberi tambahan tugas untuk memberi bimbingan belajar komputer bagi siswa SD Tunggalan. Padahal komputernya belum tiba dan saya sama sekali belum bisa komputer, bahkan bagaimana menghidupkan komputer pun saya belum tahu?! (Gaptek banget nih, orang… :D ) Dengan modal nekat, tugas itu saya sanggupi. (OK, saya berani!). Berbekal buku modul kursus MS Office milik seorang teman, saya mengajar komputer untuk anak-anak siswa SD Tunggalan di sekolah darurat tersebut. Dengan gambar-gambar yang ada di buku, saya jelaskan maksud dari pelajaran tersebut. Belum ada komputer, dan saya pun sama sekali belum bisa/punya komputer. (Nekad dan nekad! Show must go on!!).

Alhamdulillaah, rejeki pun datang. Nopember 2006 saya bisa ikut kursus komputer. Dasar-dasar MS Word dan MS Excel. Itu pun hanya 13 kali pertemuan. Yach, lumayanlah untuk bekal membimbing anak-anak.

Pada bulan Nopember 2006 itu juga, turun SK Bupati Bantul tentang penggabungan/regrouping 2 SD antara SD Tunggalan dan SD Gondosuli (keduanya di wilayah desa Sriharjo, berjarak sekitar 300 meter) menjadi satu SD yang bernama SD Sriharjo Imogiri dengan Kepala Sekolah yang baru yaitu Bp. Drs. Sutapa, M.Pd..

Di SD Sriharjo tersebut, tugas saya masih sama yaitu mengelola perpustakaan dan memberi bimbingan anak-anak belajar komputer. Perpustakaan SD Sriharjo yang baru, cukup bagus (koleksi, ruangan dan perabotannya). Dengan bantuan sekitar 1500 buku, saya menjalankan (baca : menjaga) perpustakaan itu. Belum ada perubahan dalam pengelolaannya, masih sekedar ada saja. Saya tahu kekurangan tersebut. Namun, saya belum bisa mengatasinya. (sudah ada gagasan, tapi belum mampu mewujudkannya).

Dalam keadaan yang tidak menentu karena gempa bumi itu, saya mencari hiburan di warnet bersama teman. Ya, saya pertama kali mengenal warnet sekitar Desember 2006. Membuka Google saja masih bingung. Saya tidak mengada-ada, tapi itulah kenyataannya.

Satu yang hampir saya lupakan. Saya mengenal internet pertama kali melalui sebuah tabloid handphone “PULSA”. Hingga saya bela-belain membeli ponsel Siemens C75 menggunakan bantuan dana rekonstruksi yang saya terima. Itulah tonggak awal saya mengenal IT. Melalui ponsel tersebut saya belajar browsing, download dan membuat e-mail. Lama-lama jenuh juga. Saya merasa ponsel masih kurang leluasa untuk digunakan sebagai alat belajar dan berkreasi. Saya ingin alat yang lebih lengkap fiturnya, dan itu adalah komputer. Tapi bagaimana caranya untuk memiliki komputer yang harganya pasti berjuta-juta? (pikir saya saat itu.)

Sambil menabung, saya hampir tiap seminggu sekali main ke sebuah warnet. Tujuan ke warnet saat itu bagi saya adalah hiburan. Sekedar hiburan saja, tidak lebih. Sebab walaupun sering ke warnet, saat itu saya belum mampu mengoperasikan komputer dengan baik dan benar. Tahunya hanya buka Google dengan kata kunci “bla… bla… bla….” itu saja. Yang saya dapatkan selepas dari warnet, hanya sekedar rasa senang. Tidak lebih.

1 Juli 2007 akhirnya saya bisa memiliki sebuah komputer. Saya membeli di pameran komputer dengan harga 1,3 juta rupiah. Spesifikasi Intel Pentium III 800 MHz, ram 256 MB, harddisk 10 GB dan monitor 17 inchi. Senang rasanya, bisa belajar komputer sendiri di rumah.

Acara main ke warnet masih terus berjalan. Pada tanggal 17 Juli 2007, saya ditawari oleh pemilik warnet langganan saya untuk menjadi operator di sana menggantikan seorang operator yang keluar. Padahal saat itu saya belum tahu apa-apa tentang komputer, internet dan jaringan. Tantangan berat, nih. OK, saya sanggupi. Sekalian belajar lebih banyak tentang IT. Terlanjur basah…. Menyelam sekalian, dech…..

Pada awal-awal kerja, saya sering dikerjain oleh sesama teman operator. Entah itu billingnya atau komputernya. Bingung juga saya, saat itu. Tapi, ternyata hikmahnya banyak sekali. Di warnet itulah saya belajar tentang komputer, internet dan networking. Tapi hanya dasarnya saja, sekedar memperlancar operasional warnet. Belajar olah grafik untuk cetak photo dengan photoshop dan corel draw. Surfing mempelajari berbagai hal yang saya senangi. Dari dasar html, joomla, grafis, animasi sederhana, program 3 dimensi Blender dan Cinema 4D sampai tentang nguprek-uprek komputer. Saya benar-benar merasakan manfaat internet sebagai pusat belajar saya.

Sebagai korbannya adalah komputer saya yang di rumah. Sering saya jadikan kelinci percobaan. Belajar instal ulang berkali-kali. Sampai-sampai suatu saat harddisknya rusak. (repot, nih…) Tapi itulah proses belajar. Perlu modal niat, pikiran dan materi juga.

Perjalanan saya terus berlanjut. Malam kerja di warnet, dan pagi hari di sekolah. Hingga Desember 2007, oleh Kepala Sekolah saya diberi tugas untuk mengikuti Diklat Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Dasar di UGM dengan penyelenggara ASKADOL. Di sanalah saya pertama kali bertemu mas Purwoko, mas Heri Abi Burachman dan mas Arif Surachman. Berkat beliau bertiga, saya mengenal pengelolaan perpustakaan. Dari mas Purwoko saya mendapat informasi tentang otomasi perpustakaan, WINISIS, Openbiblio dan PSenayan. Dan itu sejalan dengan gagasan saya, ingin mengoptimalkan sumber daya yang ada di SD Sriharjo untuk perpustakaan.

Sepulang dari diklat itu, banyak gagasan yang ada di kepala saya untuk memajukan perpustakaan SD Sriharjo. Tapi gagasan tinggal gagasan yang belum bisa terlaksana dikarenakan kesibukan yang dijalani. Sebab saya di Sekolah selain bertugas sebagai pengelola perpustakaan juga membimbing pelajaran TIK. Selain itu kesibukan yang banyak menyita adalah tugas membantu administrasi sekolah. Maklum saat itu belum ada karyawan khusus yang menangani administrasi. Jadi ide-ide perpustakaan sementara hanya terpendam dalam benak saya.

Pucuk di cinta, ulam pun tiba… begitu pepatah mengatakan. Kesempatan itu akhirnya datang juga. SD Sriharjo Imogiri ditunjuk oleh pengawas TK/SD kecamatan Imogiri (saat itu dibimbing oleh Ibu Hj. Dra. Ratna Susantiningsih, M.Pd.) untuk mewakili Imogiri dalam Lomba Kinerja Perpustakaan tingkat Kabupaten Bantul.

Saya diberi tugas untuk mempersiapkan perpustakaan untuk menghadapi lomba tersebut. Kepada Kepala Sekolah saya sampaikan bahwa saya butuh bantuan tenaga pengelola perpustakaan. Sekalian untuk menambah nilai (pendidikan saya bukan perpustakaan, butuh yang berpendidikan perpustakaan sebagai pustakawannya untuk mencapai nilai yang bagus), SD Sriharjo meminta tolong kepada mbak Nurul Sinto Ambawani, S.IP. untuk menjadi Pustakawannya di dalam struktur organisasi.

Bersama mbak Nurul saya mempersiapkan perpustakaan. Beliau yang mengklasifikasi sampai katalogisasi. Saya menggarap komputerisasi perpustakaannya. Dari berbagai open source otomasi yang ada, saat itu pilihan saya jatuh pada Psenayan3-Stable2. Kelihatannya keren. Tapi saya harus merubah banyak untuk diaplikasikan di sekolah dasar. Sebab sasaran utamanya adalah anak-anak. Dari segi tampilannya saya harus merubah sesuai karakter anak SD. Tapi kok bahasa Inggris?? Anak SD belum bisa menggunakannya Bingung juga saat itu. Terpaksa saya beranikan nguprek-uprek kode-kode Psenayan agar bisa berbahasa Indonesia. Modal saya hanya sedikit pengalaman bahasa html dan sedikit pengetahuan dari Joomla. Saya mempelajari kode-kode PHP melalui Psenayan itu. Alhamdulillaah…. Kesampaian juga keinginan saya untuk sistem otomasi di perpustakaan SD Sriharjo menggunakan PSenayan.

Menjelang penilaian perpustakaan SD tingkat Kabupaten Bantul pada bulan Oktober 2008, semua persiapan telah selesai. Administrasi dan kelengkapannya yang manual dah beres. Otomasi dah siap, walaupun belum sempurna. Belum ada barcode scannernya. Yang penting sudah masuk database dulu. Sirkulasi sedikit demi sedikit mulai berjalan. Tinggal menunggu kehadiran tim penilai saja.

Alhamdulillaah usaha itu tidak sia-sia. Pada tingkat kabupaten, kami bisa mewakili kabupaten Bantul untuk tingkat propinsi D.I. Yogyakarta. Apa yang saya perbuat belum apa-apa. Saya tidak mengharapkan prestasi. Dalam benak saya hanya menjalankan tugas sebaik-baiknya yang saya bisa. Kalau saya tidak bisa, saya akan berusaha mengetahui bagaimana cara untuk mengatasinya.

Setelah hari penilaian tersebut, saya berusaha untuk meningkatkan pengelolaan perpustakaan SD Sriharjo. Saya telah banyak belajar dari mbak Nurul Sinto A yang saat itu telah kembali ke tempat tugasnya di SD Pundung Imogiri. Sebuah pengalaman yang berharga bisa bekerja sama dengan beliau. Seorang pustakawan dari S1 Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pelan-pelan kegiatan perpustakaan SD Sriharjo terus berjalan. Naik turunnya grafik adalah hal yang lumrah. Namun secara garis besar, animo anak-anak untuk memanfaatkan perpustakaan meningkat. Itu yang saya sukai. Saya semakin asyik berpetualang di rimba buku…. bersama anak-anak siswa SD Sriharjo.

Pada tahun ajaran baru 2009 – 2010, terjadi perubahan dalam pembagian tugas personal di SD Sriharjo Imogiri. Pejabat Kepala Sekolah telah berganti pula. SD Sriharjo dipimpin oleh Bp. Drs. Sutaryana Sejak bulan Juli 2009, jatah saya hanya mengurusi perpustakaan saja. Tidak lagi mengajar komputer atau mengerjakan tugas administrasi sekolah. Pikiran saya bisa lebih fokus di perpustakaan. Apalagi, mulai saat itu, dalam jadwal pelajaran sehari-hari, ada jam-jam khusus dari semua kelas untuk masuk ke ruang perpustakaan. Masing-masing kelas mendapatkan 2 jam pelajaran wajib kunjung ke perpustakaan di setiap minggunya.

Di situ saya mulai berpikir, “apa sih, yang akan saya lakukan untuk mereka agar pola pikir anak-anak bisa berbeda dari pada sebelum masuk ke perpustakaan?” Sulit juga untuk menjawab pertanyaan itu. Hal tersebut dikarenakan masih banyak teman-teman guru yang seolah acuh tak acuh terhadap perpustakaan. Selain itu berbagai kendala lain yang tak bisa saya sebutkan di sini, menjadi hambatan yang kadang sulit saya hindari. Namun, saya terus melangkah. Sekali lagi niat saya adalah menjalankan tugas sebaik-baiknya. Saya tidak mencari keuntungan apapun atas tugas yang saya kerjakan. Saya hanya ingin belajar, bagaimana bisa bermanfaat bagi orang lain.

Atas inisiatif saya sendiri, saya mewajibkan anak-anak yang masuk perpustakaan untuk membawa buku catatan perpustakaan. Saya ingin agar mereka mencatat apa saja yang mereka baca di perpustakaan. Terserah, bebas sesuai kesenangan mereka. Satu tujuan saya, bahwa apa yang mereka baca sebelumnya, tidak akan lekas hilang dengan catatan yang mereka buat. Bagi saya, di situlah makna belajar mandiri. Mereka belajar memahami apa yang mereka baca. Kemudian mereka belajar untuk menuangkannya dalam bentuk catatan. Walaupun hanya sekedar beberapa kalimat saja. Apabila mereka terbiasa memahami apa yang mereka baca, maka tak akan sulit bagi mereka untuk memahami pelajaran mereka di kelas. Hanya itu maksud saya, mewajibkan mereka untuk mencatat di setiap jam kunjungan wajib mereka. Dan semoga langkah yang saya ambil ini bisa mereka rasakan manfaatnya, nanti…..

Sampai akhirnya pada bulan Desember 2009, Perpustakaan SD Sriharjo Imogiri mewakili Kabupaten Bantul dalam lomba Kinerja Perpustakaan SD tingkat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungguh tidak saya duga sebelumnya, dengan segala kendala yang saya hadapi dan keterbatasan yang ada, kami diberi kehormatan untuk menjadi peringkat pertama di tingkat propinsi dan menjadi wakil Yogyakarta di ajang Lomba Kinerja Perpustakaan SD tingkat Nasional.

Ya… Alloh, mampukah saya? Begitu berat amanah ini. Pantaskah kehormatan ini kami sandang? Satu yang saya pikirkan. Bahwa perpustakaan bukan hanya sekedar koleksi, sarana dan prasarana serta SDM-nya. Ketiga faktor tersebut, kami masih kurang. Satu lagi yang lebih penting. Benarkah perpustakaan SD Sriharjo sudah bisa berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah kami? Sulit bagi saya untuk menjawabnya. Kami masih jauh dari semua itu…. Namun tugas tetaplah tugas yang harus saya laksanakan dengan sebaik-baiknya. Sekali lagi, saya tidak pernah berpikir untuk sebuah prestasi. Sebab prestasi bagi saya hanyalah sebuah perhiasan yang menyilaukan, yang yang akan membuat kita terpeleset jika terlalu silau kepadanya….. Saya hanya berpikir, bagaimana perpustakaan di sekolah kami bisa bermanfaat maksimal bagi kami di SD Sriharjo khususnya. Dan itu belum bisa saya/kami capai.

Waktu pun terus berjalan, begitu pula langkah kaki saya. Masih banyak kerikil tajam yang menggores telapak kaki ini. Kadang perih. Namun apa boleh buat, saya harus melaksanakannya.

Teriring ucapan terimakasih sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

  1. Bp. Drs. Abani (Camat Kecamatan Imogiri)

  2. Bp. Drs. Sapto Priyono (mantan Ka UPT PPD Kec. Imogiri)

  3. Bp. Drs. Sumarjono (Ka UPT PPD Kec. imogiri)

  4. Ibu Hj. Dra. Ratna Susantiningsih, S.Pd.

  5. Bp. H. Drs. Sutapa, M.Pd.

  6. Bp. Drs. Sutaryana

  7. Ibu Sri Ning Lestari, S.Pd.

  8. Bp/Ibu Guru dan Karyawan SD Sriharjo

  9. Komunitas SLiMS Jogja

  10. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.


Bahwa merekalah yang selalu mengiringi langkah saya dari awal hingga hari ini. Semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan nikmat, rahman dan rahiimNya serta barokah kepada mereka semua… Amiien.

Revisi : Juni 2011

2 komentar: